Jumat, 19 Juni 2020

CERPEN #3




MERANTAU
“jangan menyerah pada keadaan karena setelah hujan akan ada pelangi sama seperti kehidupan setalah susah akan ada kebahagiaan”

Cerita ini berawal ketika aku kelas 3 SMP. Sudah masuk pada saat menentukan sekolah selanjutnya. Cerita ini sebelum aku operasi usus buntu. Awal aku kelas 3 SMP aku sudah memikirkan aku akan melanjutkan sekolah dimana. Waktu itu aku memutuskan hanya karena 1 hal aku ingin mencoba jauh dari orang tuaku. Dulu aku merasa didekat mereka aku terlalu dikekang. Aku tidak boleh pulang lebih dari jam 6 , aku tidak boleh berboncengan dengan cowo, dan masih banyak hal lagi. Tanpa pikir Panjang aku memutuskan untuk sekolah ke YOGYAKARTA. Yupp.. satu kota yang terlintas di pikiranku saat itu karena aku melihat bude, saudara yang sekolah disana menyenangkan. Akhirnya aku mengikuti tesnya disana pada saat liburan semesteran. Cukup tegang waktu mengikuti tes. Ada 3 tahap tes yaitu tes mengerjakan soal, membaca Al Qur’an , dan wawancara. Sampai suatu ketika aku mendapatkan pengumuman bahwa aku diterima disana,senangnya bukan main. Secara teman-temanku yang lain belum mendapatkan sekolah bahkan masih pusing dan aku sudah bebas. Nah saat itu lah aku menjadi tidak serius mengerjakan try out maupun ujian selain itu juga karena masih efek operasi jadi masih suka pusing gitu. Mungkin kalian yang indigo bertanya “kenapa nggak nyuruh mereka untuk memberikan jawaban?”. Aku tidak pernah ada niat untuk memanfaatkan mereka bahkan aku ingin melihat mereka aja aku tidak mau , tapi sudah berjalan seperti ini.
Ketika aku selesai ujian dan disitulah mulai terjadi drama. Banyak yang bilang “kenapa harus pergi?kenapa keluar kota?kenapa ninggalin?” bahkan kintan sendiri sempat kecewa.
Kintan : mengapa kamu pergi tari?
Aku  : ini keinginanku kintan, lagi pula kamu masih bisa kan ikut denganku?(disini aku sama sekali tidak mengerti kalau sebenarnya mereka itu tidak bisa dipindahkan begitu saja)
Kintan : tidak tari, aku tidak bisa ikut denganmu . ini rumahku sekarang tari
Dan aku terdiam seolah aku tak ingin meningalkan kintan sendiri di rumahku walaupun sebenarnya banyak temannya disitu. Namun tekadku sudah bulat, aku tetap akan pergi ke Yogyakarta. Akhir-akhir aku ingin pergi
Aku : kintan aku harus pergi tolong kamu tetap disini dan jangan berulah
Kintan : kamu tenang saja tari, aku akan merindukanmu
Tiba-tiba mama memanggilku
Mama: ayo berangkat
Diperjalanan rasa  sedih pun menghampiriku seolah berkata aku harus kembali akan banyak orang yang merindukanku.
Mama: kalau sudah di jogja nanti kamu jaga diri baik-baik, jangan telat makan, kalau ada apa-apa bilang, disana juga kan ada mas senja (mas sepupu)
Aku : iya mah
Setalah sampai di kota YOGYAKARTA aku merasakan penuh kehangatan disana,dan aku yakin akan banyak cerita yang bisa ku ambil disana. Kota istimewa akan jadi tempat istimewa untukku. Tiba-tiba aku ingat dengan kintan. Aku rindu padanya.
*mulai masuk sekolah*
Aku tidak menceritakan masa MOS ku karena tidak ada istimewanya. Aku  masuk kelas MIPA 8 . aku tari seorang pemalu ketika banyak orang dan aku akan diam seribu bahasa jika tidak ditanya. Bahkan orang kenalan saja ,aku tidak membalas “kamu Namanya siapa?” . jadi rata-rata mereka mengenalku tetapi aku tidak mengenalnya. Awal masuk sekolah tidak cukup sulit bahkan aku senang. Semua cerita yang menyulitkan ada dipertengahan aku kelas 10. Ketika aku mulai kenal beberapa orang disana, dan aku tau kalau dikelasku kebanyakan orang luar jawa. Satu orang yang kukenal sikapnya hampir mirip denganku seorang cowo pendiam bernama ZAIN. Dia sama sepertiku pemalu, dan tidak mudah bergaul dengan orang lain. Dan dia adalah temanku yang dekat denganku.
Aku tidak ingat persis kejadiannya seperti apa , yang aku ingat aku merasa terbully saat itu. Jujur waktu itu aku jerawatan,item, dan aku tidak punya banyak uang tidak seperti yang lain. Sedangkan teman-temanku disana mewah, cantik . kebanyakan dari mereka kaya berkelompok jadi aku merasa sendiri saat itu. Awal aku berpikir kalau merantau itu mengasikkan saat itu juga aku merasa kalau aku salah. Kalau aku tidak kuat iman mungkin saat itu aku bisa berbuat nekat. Namun aku selalu ingat dengan orang tuaku yang sudah susah payah untuk menyekolahkanku disana. Sampai suatu malam aku akhirnya memutuskan untuk cerita sama mamaku
Mama: gimana kamu mau pindah aja?mumpung belum jauh jenjangnya
Kata-kata itu yang sangat aku pikirkan dan zain juga waktu itu bilang
Zain: jangan pindah, kalau kamu pindah terus aku sama siapa? Temanku siapa?
Akhirnya aku memutuskan untuk tetap bertahan walaupun memang sulit tetapi zain selalu meyakinkanku dan menyemangatiku
Zain: soal pindah sekolah nanti lah..
Zain : mau ngorbanin aku buat kepentinganmu sendiri?kalau mau silahkan aku gak ngelarang
(Bahkan omongan ini chat ini masih ada nanti akan ku taruh di bawah)
Ada lagi kata-kata zain yang bikin aku bener-bener berusaha untuk tetap ada disana
Zain : ya tapi masih ada yang terus di sampingmu butuh ga butuh diam au nemenin bahkan orang yang buat dia janji aja gak di peduliin
Aku bertahan selain karena orang tua ku juga karena zain. Sweet ya.. dia sahabatku yang telah membuatku bertahan.
Merantau tidak sebahagia yang ku bayangkan. Mungkin ini semua terjadi karena niat awalku sudah salah. Niatku ingin bebas dari kekangan orang tua yang sebenarnya baik untuk kehidupanku. Dan sampai saat ini aku bertahan di kota Yogyakarta untuk membahagiakan kedua orang tuaku.