MERANTAU
“jangan menyerah pada
keadaan karena setelah hujan akan ada pelangi sama seperti kehidupan setalah
susah akan ada kebahagiaan”
Cerita ini
berawal ketika aku kelas 3 SMP. Sudah masuk pada saat menentukan sekolah
selanjutnya. Cerita ini sebelum aku operasi usus buntu. Awal aku kelas 3 SMP
aku sudah memikirkan aku akan melanjutkan sekolah dimana. Waktu itu aku
memutuskan hanya karena 1 hal aku ingin mencoba jauh dari orang tuaku. Dulu aku
merasa didekat mereka aku terlalu dikekang. Aku tidak boleh pulang lebih dari
jam 6 , aku tidak boleh berboncengan dengan cowo, dan masih banyak hal lagi.
Tanpa pikir Panjang aku memutuskan untuk sekolah ke YOGYAKARTA. Yupp.. satu
kota yang terlintas di pikiranku saat itu karena aku melihat bude, saudara yang
sekolah disana menyenangkan. Akhirnya aku mengikuti tesnya disana pada saat
liburan semesteran. Cukup tegang waktu mengikuti tes. Ada 3 tahap tes yaitu tes
mengerjakan soal, membaca Al Qur’an , dan wawancara. Sampai suatu ketika aku
mendapatkan pengumuman bahwa aku diterima disana,senangnya bukan main. Secara teman-temanku
yang lain belum mendapatkan sekolah bahkan masih pusing dan aku sudah bebas.
Nah saat itu lah aku menjadi tidak serius mengerjakan try out maupun ujian
selain itu juga karena masih efek operasi jadi masih suka pusing gitu. Mungkin
kalian yang indigo bertanya “kenapa nggak nyuruh mereka untuk memberikan
jawaban?”. Aku tidak pernah ada niat untuk memanfaatkan mereka bahkan aku ingin
melihat mereka aja aku tidak mau , tapi sudah berjalan seperti ini.
Ketika aku
selesai ujian dan disitulah mulai terjadi drama. Banyak yang bilang “kenapa
harus pergi?kenapa keluar kota?kenapa ninggalin?” bahkan kintan sendiri sempat
kecewa.
Kintan : mengapa kamu pergi tari?
Aku : ini keinginanku kintan, lagi pula kamu
masih bisa kan ikut denganku?(disini aku sama sekali tidak mengerti kalau
sebenarnya mereka itu tidak bisa dipindahkan begitu saja)
Kintan : tidak tari, aku tidak
bisa ikut denganmu . ini rumahku sekarang tari
Dan aku terdiam seolah aku tak
ingin meningalkan kintan sendiri di rumahku walaupun sebenarnya banyak temannya
disitu. Namun tekadku sudah bulat, aku tetap akan pergi ke Yogyakarta. Akhir-akhir
aku ingin pergi
Aku : kintan aku harus pergi
tolong kamu tetap disini dan jangan berulah
Kintan : kamu tenang saja tari,
aku akan merindukanmu
Tiba-tiba mama memanggilku
Mama: ayo berangkat
Diperjalanan rasa sedih pun menghampiriku seolah berkata aku
harus kembali akan banyak orang yang merindukanku.
Mama: kalau sudah di jogja nanti
kamu jaga diri baik-baik, jangan telat makan, kalau ada apa-apa bilang, disana
juga kan ada mas senja (mas sepupu)
Aku : iya mah
Setalah sampai di kota YOGYAKARTA
aku merasakan penuh kehangatan disana,dan aku yakin akan banyak cerita yang
bisa ku ambil disana. Kota istimewa akan jadi tempat istimewa untukku.
Tiba-tiba aku ingat dengan kintan. Aku rindu padanya.
*mulai masuk sekolah*
Aku tidak
menceritakan masa MOS ku karena tidak ada istimewanya. Aku masuk kelas MIPA 8 . aku tari seorang pemalu
ketika banyak orang dan aku akan diam seribu bahasa jika tidak ditanya. Bahkan
orang kenalan saja ,aku tidak membalas “kamu Namanya siapa?” . jadi rata-rata
mereka mengenalku tetapi aku tidak mengenalnya. Awal masuk sekolah tidak cukup
sulit bahkan aku senang. Semua cerita yang menyulitkan ada dipertengahan aku
kelas 10. Ketika aku mulai kenal beberapa orang disana, dan aku tau kalau
dikelasku kebanyakan orang luar jawa. Satu orang yang kukenal sikapnya hampir
mirip denganku seorang cowo pendiam bernama ZAIN. Dia sama sepertiku pemalu,
dan tidak mudah bergaul dengan orang lain. Dan dia adalah temanku yang dekat
denganku.
Aku tidak ingat
persis kejadiannya seperti apa , yang aku ingat aku merasa terbully saat itu.
Jujur waktu itu aku jerawatan,item, dan aku tidak punya banyak uang tidak
seperti yang lain. Sedangkan teman-temanku disana mewah, cantik . kebanyakan
dari mereka kaya berkelompok jadi aku merasa sendiri saat itu. Awal aku
berpikir kalau merantau itu mengasikkan saat itu juga aku merasa kalau aku
salah. Kalau aku tidak kuat iman mungkin saat itu aku bisa berbuat nekat. Namun
aku selalu ingat dengan orang tuaku yang sudah susah payah untuk
menyekolahkanku disana. Sampai suatu malam aku akhirnya memutuskan untuk cerita
sama mamaku
Mama: gimana kamu mau pindah
aja?mumpung belum jauh jenjangnya
Kata-kata itu yang sangat aku
pikirkan dan zain juga waktu itu bilang
Zain: jangan pindah, kalau kamu
pindah terus aku sama siapa? Temanku siapa?
Akhirnya aku memutuskan untuk
tetap bertahan walaupun memang sulit tetapi zain selalu meyakinkanku dan
menyemangatiku
Zain: soal pindah sekolah nanti
lah..
Zain : mau ngorbanin aku buat
kepentinganmu sendiri?kalau mau silahkan aku gak ngelarang
(Bahkan omongan ini chat ini
masih ada nanti akan ku taruh di bawah)
Ada lagi kata-kata zain yang
bikin aku bener-bener berusaha untuk tetap ada disana
Zain : ya tapi masih ada yang
terus di sampingmu butuh ga butuh diam au nemenin bahkan orang yang buat dia
janji aja gak di peduliin
Aku bertahan selain karena orang
tua ku juga karena zain. Sweet ya.. dia sahabatku yang telah membuatku
bertahan.
Merantau tidak sebahagia yang ku
bayangkan. Mungkin ini semua terjadi karena niat awalku sudah salah. Niatku
ingin bebas dari kekangan orang tua yang sebenarnya baik untuk kehidupanku. Dan
sampai saat ini aku bertahan di kota Yogyakarta untuk membahagiakan kedua orang
tuaku.